31 Juli 2009

Tunjukkan Kasih Sayang Selagi Sempat

Dari Galatia 6:10
Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.

Ada seorang pengusaha muda yang terburu-buru berangkat kantor karena bangun kesiangan. Sementara pagi itu ia ada meeting dengan rekan bisnis-nya. Karena terburu-buru, ia tidak sempat menikmati sarapan pagi buatan isterinya. Ia lalu memutuskan untuk mampir ke sebuah toko untuk membeli roti sebagai ganti sarapan pagi. Pikirnya, "nanti roti ini di makan di kantor saja". Ketika sedang memilih roti, matanya tertarik mengamati anak kecil berusia kira-kira sepuluh tahun. Anak kecil ini terlihat sedang menawar harga bunga. "Mbak, harga bunga ini berapa?" tanyanya. "Lima puluh ribu rupiah", jawab sang pelayan. Kemudian ia memilih bunga yang lain dan bertanya kembali, "Kalau bunga yang ini berapa?". "Ini lebih mahal lagi, seratus lima puluh ribu rupiah!" jawab sang pelayan. "Kalau yang ini berapa?" tanyanya sambil menunjukkan bunga yang lebih bagus lagi. "Ini harganya dua ratus lima puluh ribu, nak!" jawab sang pelayan.
Anak ini terlihat bingung karena harganya bertambah tinggi, dengan sedih ia bertanya, "Adakah bunga yang harganya lima ribu?". Anak ini ternyata hanya memiliki uang lima ribu rupiah. Belum sempat pelayan toko itu menjawab, pengusaha muda ini segera bertanya kepada sang anak, "Nak, kamu mau beli bunga buat siapa?" Kemudian anak ini menjawab, "Saya mau beli bunga buat mama, karena hari ini mama ulang tahun!" Pengusaha muda ini tersentak, dalam hatinya ia berkata, "Wah... mati aku, aku lupa! Hari ini isteriku ulang tahun. Aku belum mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Kalau sampai aku lupa, ia bisa marah!" Segera ia berkata kepada pelayan toko, "Mbak, Saya beli dua ikat. Satunya buat anak ini. Tolong nanti antar bunga ini ke alamat rumah saya," katanya sambil memberikan kartu namanya. Pengusaha muda itu memberikan bunga tersebut kepada sang anak dan mengucapkan terima kasih sudah mengingatkannya bahwa hari ini ternyata isterinya juga berulang tahun. Anak itu kemudian pergi. Pengusaha ini segera bergegas ke mobilnya dan melanjutkan perjalanan ke kantor. Ketika ia sedang mengendarai mobil, ia melewati anak kecil tadi sedang berjalan. Iapun berhenti dan bertanya apakah ia satu jurusan dengannya. Anak kecil itu mengiyakan dan kemudian masuk ke dalam mobilnya.
Sampai di suatu tempat yang agak sepi anak ini minta turun. Pengusaha muda tersebut heran melihat anak kecil ini masuk melewati sebuah lorong kecil.
Karena penasaran, ia mengikuti sang anak dari belakang. Betapa terkejutnya ia ketika melihat anak kecil ini menaruh bunganya di sebuah gundukan tanah kuning yang masih basah.
Kemudian ia bertanya, "Nak, ini kuburan siapa?" Anak kecil itu kemudian menjawab, "Oom, hari ini mama ulang tahun. Tetapi sayang, mama baru saja meninggal dua hari yang lalu. Oleh sebab itu saya datang ke tempat ini untuk membawakan mama bunga dan mengucapkan selamat ulang tahun." Pengusaha muda begitu tersentak dengan perkataan anak ini.
"Apakah isteriku masih hidup saat ini?" tanyanya dalam hati. Segeralah ia berlari masuk ke mobil, mengendarainya dengan kecepatan tinggi dan menuju ke toko tadi. Dengan terengah-engah ia berkata kepada pelayan toko, "Mana bunga yang tadi saya beli? Bunganya tidak usah dikirim, biar saya saja yang langsung memberikannya ke tangan isteri saya."
Dengan cepat ia menyambar bunga tersebut dan menyetir pulang. Sampai di rumah, ia segera berlari mendapatkan isterinya. "Puji Tuhan! Isteriku masih hidup!" Sambil memberikan bunga ia berkata, "Isteriku, selamat ulang tahun". Kemudian ia mencium dan memeluk isterinya kuat-kuat sambil mengucap syukur kepada Tuhan. Sambil menangis ia berkata, "Terima kasih, Tuhan, Engkau masih memberikan kesempatan kedua kepadaku."
Banyak diantara kita terlalu sibuk dengan aktifitas sehari-hari. Aktifitas dan rutinitas ternyata sudah 'membunuh' perhatian dan momen-momen penting yang harus dinikmati bersama orang-orang yang kita kasihi; orang tua, suami, isteri, anak-anak, dan saudara-saudara kita. Demi mengejar karier, uang dan jabatan bahkan pelayanan banyak orang melupakan keluarga.
Hari ini, kalau kita masih diberi kesempatan untuk hidup semua hanyalah kasih karunia Tuhan. Oleh sebab itu, jangan tunggu sampai besok untuk menunjukkan kasih dan sayang kita kepada orang-orang disekitar kita, terutama orang-orang yang paling dekat dengan kita. Jangan tunggu sampai besok! Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan hari esok. Jika kita masih hidup pada hari ini berarti ini kesempatan kedua buat kita.

Maaf, Saya tidak punya waktu

“Maaf, saya tidak punya waktu.” “ Wah, sudah tidak ada waktu lagi.” “Waktunya sudah habis.” “Waktu kita sangat sempit.” “Mana ada waktu lagi?” “Cepat, jangan buang waktu.”
Begitu sering kita menjerit tentang kekurangan waktu. Memang, waktu adalah unik. Kita tidak dapat membeli waktu, kita juga tidak dapat meminjam waktu, menyewa waktu atau meminjam waktu. Tiap orang diberi jatah waktu yang sama, yaitu 24 jam sehari, tidak pernah lebih dan tidak pernah kurang.
Sebenarnya, persoalannya bukan terletak pada kurangnya waktu, melainkan pada cara kita mengatur dan menggunakan waktu. Cara kita mengatur dan menggunakan waktu tergantung dari pandangan kita tentang waktu. Apakah kita menganggap waktu sebagai sesuatu yang berharga sehingga kita menggunakan waktu sebaik mungkin; atau sebaliknya sebagai sesuatu yang kurang berharga sehingga kita menyia-nyiakannya? Banyak faktor yang mempengaruhi pandangan kita tentang waktu dan cara kita menggunakannya.
Sebab itu Alkitab banyak berbicara tentang waktu dengan arti yang berbeda. Dua konsep yang mencolok dalam perjanjian baru adalah Kronos dan Kairos. Kronos adalah waktu dalam arti apa yang dapat diukur dengan jam, hari, tanggal, bulan dan sebagainya, baik sebagai waktu jangka pendek seperti sekejap mata, maupun jangka panjang seperti puluhan tahun. Kronos adalah waktu sebagai deretan peristiwa dan kemungkinan. Dari sini kita mengenal istiloah kronologi. Sebaliknya, Kairos adalah waktu dalam arti yang realistis dan konkrit seperti musim, kesempatan, saat yang ditentukan atau pelaksanaan.
Apapun juga istilahnya, Alkitab memandang waktu sebagai milik Tuhan. Waktu adalah pemberian Tuhan yang diberikan bukan karena kita berhak menerimanya, melainkan pemberian karena anugerah. Sebab itu cara kita memperlakukan dan menggunakan waktu menjadi hal yang sangat penting.
(Kolose 4:5; Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.). (Mazmur 90:12, Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.). ( Efesus 5:15-16, Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.)
Dari ketiga contoh ayat itu tampak penekanan pada cara menngunakan waktu yang bijak, baik, berdaya guna dan tepat guna. Dalam pengertian ini termasuk juga penggunaan waktu yang seimbang dan utuh, misalnya antara bekerja dan istirahat, Alkitab tidak mengajarkan bahwa bersenang-senang adalah tujuan hidup, sebaliknya Alkitab juga tidak mengajarkan bahwa bersenang-senang adalah dosa.
Penggunaan waktu yang seimbang sebenarnya memperhitungkan keutuhan hakekat manusia. Menurut kisah penciptaan manusia, Tuhan menempatkan manusia di bumi untuk bekerja, namun Tuhan menyediakan waktu untuk istirahat. Sebab itu ucapan tidak ada waktu sebenarnya tidak jujur. Sebetulnya kita mempunyai waktu 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Namun kita tidak menyediakan waktu. Yang perlu ialah itikad untuk menyediakan waktu. Sediakan waktu untuk mengagumi indahnya sekuntum bunga. Sediakan waktu untuk menyapa kawan. Sediakan waktu untuk bermeditasi. Sediakan waktu untuk menikmati keharmonisan rumah tangga. Sediakan waktu untuk …..ah, begitu banyak hal yang indah yang dapat menjadikan hidup kita lebih berarti, asal kita mau dan mampu mengatur waktu. Amin.
(Martin P ~ sumber: Selamat Panjang Umur hal 115 – 117)