10 Juni 2009

Ikuti Teladanku

IKUTILAH TELADANKU

Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. (Yoh 13:15).

Seorang anak kecil tergopoh-gopoh memohon pendetanya untuk datang ke rumah dan mendoakan yang sakit. Maka bergegaslah mereka pergi. Setibanya di tempat yang di tuju, pendeta tersebut menjadi kecewa, sebab ternyata yang sakit itu hanyalah seekor kucing. Pendeta itu agak kesal. Di depan kucing itu berdoalah pendeta itu demikian: “Hai kucing, kalau kamu mau hidup, hiduplah; kalau kamu mau mati, matilah. Amin.”
Anak itu merasa sangat berterima kasih, karena beberapa hari kemudian kucing itu sembuh. Sebagai tanda terima kasih anak itu membuat sebuah gambar. Dihantarnya gambar tersebut ke rumah pendeta. Kebetulan pendeta itu sedang sakit, “bolehkan aku berdoa untuk Bapak?” tawarnya, “Tentu saja boleh”, jawab pendeta. Maka dengan khidmat dan sungguh-sungguh berdoalah anak itu, “Hai pendeta, kalau kamu mau hidup, hiduplah; kalau kamu mau mati, matilah.Amin.”
Saudara, anak adalah seorang pelajar cepat, artinya ia cepat menangkap contoh, setiap anak sebenarnya mudah menangkap contoh dan cepat belajar dari contoh. Bahkan orang dewasa pun mudah kena pengaruh contoh.
Tidak satu anak pun yang lahir dengan langsung mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Yang dilakukan anak kecil adalah menyerap dan meniru apa saja yang dilihat dan didengarnya dari orang dewasa. Segala sesuatu yang yang diperbuat orang dewasa adalah contoh. Dalam hal ini anak lahir ibarat kertas putih dan polos, lingkungannyalah yang mewarnai kertas itu. Jelas di sini pengaruh orang tua luar biasa besarnya.
Ketika anak ini mulai ke sekolah, ia mendapat tokoh panutan yang baru, yaitu guru. Jika guru itu baik dan berwibawa, bukan mustahil anak lebih meniru teladan gurunya ketimbang orangtuanya.
Teladan memang mempunyai daya yang kuat, baik bagi anak kecil maupun orang dewasa, lebih-lenih teladan dari pendidik, pemimpin dan pemuka masyarakat. Teladan memang mudah menular. Apapun yang kita perbuat bisa jadi diamati dan ditiru orang lain. Kalau kita tahu begitu, kita akan berhati-hati supaya yang kita tularkan itu bukan teladan yang buruk.
Yesus meninggalkan teladan sebuah gaya hidup yang luhur. Selama 33 tahun Ia hidup bukan untuk kepentinganNya sendiri, melainkan untuk kepentingan orang banyak. (Yoh 13:15). Begitu sungguh Yesus mempedulikan dan mengupayakan kepentingan orang lain sehingga Ia rela menderita demi kepentingan orang lain. Itulah teladan yang ditinggalkan-Nya. (1 Petrus 2:21).
Menjadi teladan adalah sesuatu yang sulit. Banyak orang berkata, “Turutilah ajaranku.” Atau, “Turutilah nasihatku.” “Turutilah petunjuk dan pengarahanku.” “Turutilah khotbahku.” Tetapi jarang orang berkata, “Turutilah teladanku.” Teladan yang baik tentunya.