12 Maret 2009

Berkorban Itu Indah


Berkorban itu indah


I Korintus 13 : 4

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.

Musim hujan sudah berlangsung dua bulan sehingga di mana-mana pepohonan nampak menghijau. Seekor ulat menyeruak di antara daun-daun hijau yang bergoyang-goyang diterpa angin.

“Apa kabar daun hijau,”katanya.Tersentak daun hijau menoleh ke arah suara yang datang. “Oo,kamu ulat. Badanmu kelihatan kurus dan kecil, mengapa?” tanya daun hijau. “Aku hampir tidak mendapatkan dedaunan untuk makananku. Bisakah engkau membantuku sobat?”kata ulat kecil.

“Tentu…tentu…mendekatlah kemari.” Daun hijau berpikir, ”jika aku memberikan sedikit dari tubuhku ini untuk makanan si ulat, aku akan tetap hijau. Hanya saja aku akan kelihatan berlobang2.Tapi tak apalah. ”

Perlahan-lahan ulat menggerakkan tubuhnya menuju daun hijau. Setelah makan dengan kenyang, ulat berterima kasih kepada daun hijau yang telah merelakan bagian tubuhnya menjadi makanan si ulat. Ketika ulat mengucapkan terima kasih kepada sahabat yang penuh kasih dan pengorbanan itu, ada rasa puas di dalam diri daun hijau. Sekalipun tubuhnya kini berlobang di sana-sini namun ia bahagia bisa melakukan sesuatu bagi ulat kecil yang lapar. Tidak lama berselang ketika musim panas datang daun hijau menjadi kering dan berubah warna. Akhirnya ia jatuh ke tanah,disapu orang dan dibakar.

Apa yang terlalu berarti di hidup kita sehingga kita enggan berkorban sedikit saja bagi sesama?Tokh akhirnya semua yang ada akan binasa. Daun hijau yang baik mewakili orang2 yang masih mempunyai ” hati ” bagi sesamanya. Yang tidak menutup mata ketika sesamanya dalam kesulitan. Yang tidak membelakangi dan seolah tidak mendengar ketika sesamanya berteriak minta tolong. Ia rela melakukan sesuatu untuk kepentingan orang lain dan sejenak mengabaikan kepentingan diri sendiri.

Merelakan kesenangan dan kepentingan diri sendiri bagi sesama memang tidak mudah, tetapi indah. Ketika berkorban, diri kita sendiri menjadi seperti daun hijau yang berlobang namun itu sebenarnya tidak mempengaruhi hidup kita. kita akan tetap hijau, Allah akan tetap memberkati dan memelihara kita. Bagi “daun hijau”, berkorban merupakan suatu hal yang mengesankan dan terasa indah serta memuaskan. Dia bahagia melihat sesamanya bisa tersenyum karena pengorbanan yang ia lakukan. Ia juga melakukannya karena menyadari bahwa ia tidak akan selamanya tinggal sebagai “daun hijau”. Suatu hari ia akan kering dan jatuh.

Demikianlah kehidupan kita, hidup ini hanya sementara kemudian kita akan mati. Itu sebabnya isilah hidup ini dengan perbuatan2 baik ; kasih; pengorbanan ; pengertian ;kesetiaan ; kesabaran dan kerendahan hati.

Jadikanlah berkorban itu sebagai sesuatu yang menyenangkan dan membawa sukacita tersendiri bagi anda. Dalam banyak hal kita bisa berkorban. Mendahulukan kepentingan sesama, melakukan sesuatu bagi mereka, memberikan apa yang kita punyai dan masih banyak lagi pengorbanan yang bisa kita lakukan.

Yang mana yang sering kita lakukan? jadi ulat kecil yang menerima kebaikan orang atau menjadi “daun hijau” yang senang memberi?

Ingatkah kita pada perempuan miskin yang di tengah ketidakpunyaannya justru ia memberi semua yang dipunyainya ? Ingatkah kita akan ” lebih baik memberi daripada menerima ”

Sudahkah pernah anda rasakan kesenangan yang “daun hijau” rasakan pada saat ia memberi daunnya untuk si ulat kecil ? Bisakah anda bedakan rasa yang akan anda rasakan bila: anda punya, maka anda memberi dan anda tidak punya, tetapi anda memberi ??? anda punya dan memberi…… itu sudah biasa, sudah umumnya, sudah tidak heran…tapi anda tidak punya, justru anda memberi lebih…. itu luar biasa,… itu sungguh aneh bagi orang, itulah KASIH….

मेंगापा बेरिबदः?

MENGAPA BERIBADAH ?

Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan!

( Mazmur 27:14 )

Mengapa kita beribadah di gereja? Sebagian orang berkata bahwa hari Minggu adalah kesempatan untuk bangun siang, sarapan dengan santai, dan bersendau gurau dengan keluarga. Makan siang dengan teman-teman atau menikmati piknik dan bermain dengan anak-anak. "Jadikan hari Minggu hari yang berbeda dan santai," mungkin demikian pikir sebagian orang, "jadi jangan buang waktumu dengan pergi ke gereja pada hari Minggu!"

Ibadah? Siapa yang butuh ibadah? Kita semua membutuhkannya! Kita butuh ibadah karena kita adalah makhluk-makhluk unik yang segambar dengan Allah. Kita diciptakan untuk melakukan kehendak Allah, dan kita tidak akan dapat mencapai tujuan bila tidak membangun hubungan yang benar dengan Dia. Dengan beribadah kita akan lebih mudah mencapainya, karena kita memfokuskan diri kepada Tuhan.

Tatkala kita bergabung dengan saudara-saudara seiman yang lain di gereja, hati kita "berpindah" dari dunia yang bersifat sementara ke dunia Allah yang bersifat kekal. Menurut William Temple, saat beribadah hati nurani kita dihidupkan oleh kekudusan Allah, pikiran kita diisi penuh oleh kebenaran Allah, imajinasi kita dibersihkan oleh kemuliaan Allah, hati kita dibuka untuk menerima kasih Allah, dan kehendak kita dipersembahkan untuk tujuan Allah. Dengan demikian, kita dibantu untuk mencapai tujuan, yakni menjadi serupa dengan Allah.

Keputusan ada pada diri kita! mau ambil keputusan bahwa setiap hari Minggu akan selalu berada di gereja dengan hati yang siap untuk beribadah kepada Tuhan atau pilihan lain? Tuhan memberkati orang yang dikasihi-Nya. Amin.