31 Juli 2009

Maaf, Saya tidak punya waktu

“Maaf, saya tidak punya waktu.” “ Wah, sudah tidak ada waktu lagi.” “Waktunya sudah habis.” “Waktu kita sangat sempit.” “Mana ada waktu lagi?” “Cepat, jangan buang waktu.”
Begitu sering kita menjerit tentang kekurangan waktu. Memang, waktu adalah unik. Kita tidak dapat membeli waktu, kita juga tidak dapat meminjam waktu, menyewa waktu atau meminjam waktu. Tiap orang diberi jatah waktu yang sama, yaitu 24 jam sehari, tidak pernah lebih dan tidak pernah kurang.
Sebenarnya, persoalannya bukan terletak pada kurangnya waktu, melainkan pada cara kita mengatur dan menggunakan waktu. Cara kita mengatur dan menggunakan waktu tergantung dari pandangan kita tentang waktu. Apakah kita menganggap waktu sebagai sesuatu yang berharga sehingga kita menggunakan waktu sebaik mungkin; atau sebaliknya sebagai sesuatu yang kurang berharga sehingga kita menyia-nyiakannya? Banyak faktor yang mempengaruhi pandangan kita tentang waktu dan cara kita menggunakannya.
Sebab itu Alkitab banyak berbicara tentang waktu dengan arti yang berbeda. Dua konsep yang mencolok dalam perjanjian baru adalah Kronos dan Kairos. Kronos adalah waktu dalam arti apa yang dapat diukur dengan jam, hari, tanggal, bulan dan sebagainya, baik sebagai waktu jangka pendek seperti sekejap mata, maupun jangka panjang seperti puluhan tahun. Kronos adalah waktu sebagai deretan peristiwa dan kemungkinan. Dari sini kita mengenal istiloah kronologi. Sebaliknya, Kairos adalah waktu dalam arti yang realistis dan konkrit seperti musim, kesempatan, saat yang ditentukan atau pelaksanaan.
Apapun juga istilahnya, Alkitab memandang waktu sebagai milik Tuhan. Waktu adalah pemberian Tuhan yang diberikan bukan karena kita berhak menerimanya, melainkan pemberian karena anugerah. Sebab itu cara kita memperlakukan dan menggunakan waktu menjadi hal yang sangat penting.
(Kolose 4:5; Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.). (Mazmur 90:12, Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.). ( Efesus 5:15-16, Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.)
Dari ketiga contoh ayat itu tampak penekanan pada cara menngunakan waktu yang bijak, baik, berdaya guna dan tepat guna. Dalam pengertian ini termasuk juga penggunaan waktu yang seimbang dan utuh, misalnya antara bekerja dan istirahat, Alkitab tidak mengajarkan bahwa bersenang-senang adalah tujuan hidup, sebaliknya Alkitab juga tidak mengajarkan bahwa bersenang-senang adalah dosa.
Penggunaan waktu yang seimbang sebenarnya memperhitungkan keutuhan hakekat manusia. Menurut kisah penciptaan manusia, Tuhan menempatkan manusia di bumi untuk bekerja, namun Tuhan menyediakan waktu untuk istirahat. Sebab itu ucapan tidak ada waktu sebenarnya tidak jujur. Sebetulnya kita mempunyai waktu 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Namun kita tidak menyediakan waktu. Yang perlu ialah itikad untuk menyediakan waktu. Sediakan waktu untuk mengagumi indahnya sekuntum bunga. Sediakan waktu untuk menyapa kawan. Sediakan waktu untuk bermeditasi. Sediakan waktu untuk menikmati keharmonisan rumah tangga. Sediakan waktu untuk …..ah, begitu banyak hal yang indah yang dapat menjadikan hidup kita lebih berarti, asal kita mau dan mampu mengatur waktu. Amin.
(Martin P ~ sumber: Selamat Panjang Umur hal 115 – 117)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar